Minggu, 04 September 2022

4 Teks Eksplanasi Sosial



1. Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita.

Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.

Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapan mereka. 

Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.

Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah maupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi.

Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. 

Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apapun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang dan bahkan menzalimi mereka sendiri.

=========================================================


2.Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan, penelitian, menghilangkan rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi apabila digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar dapat menimbulkan bahaya adanya adiksi/ketergantungan obat (ketagihan). Obat-obatan yang biasa disalahgunakan seperti narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Penyalahgunaan narkoba terjadi akibat salah pergaulan dan rasa keingintahuan yang kuat serta mudahnya dalam mendapatkan obat-obatan tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba. Yang pertama, faktor diri yaitu faktor yang ditimbulkan dalam diri orang tersebut seperti mencoba-coba karena penasaran dan keinginan untuk bersenang senang. 

Yang kedua, faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari lingkungan sekitarnya seperti keluarga bermasalah dan bergaul dengan pengguna atau pengedar narkoba. Yang ketiga, faktor ketersediaan narkoba seperti narkoba semakin mudah didapat dengan harga yang terjangkau dan bisnis narkoba menjanjikan keuntungan yang besar. Penggunaan obat-obatan terlarang secara terus-menerus dapat menyebabkan kecanduan. Jika sudah kecanduan, maka orang tersebut akan melakukan segala hal untuk mendapatkannya. Penyalahgunaan narkoba yang dilakukan seseorang akan berdampak negatif pada dirinya sendiri seperti mengalami perubahan sikap, sering membolos, suka
mencuri untuk membeli narkoba, mengalami kegilaan dan juga yang lebih mengkhawatirkan adalah kematian.

Penyalahgunaan narkoba sudah banyak terjadi di kalangan masyarakat. Adapun cara mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba yaitu berikan pendidikan agama sejak dini agar mengetahui mana yang baik dan yang buruk, awasi pergaulan di sekolah maupun di luar sekolah, dan berikanlah perhatian khusus agar ia tidak perlu mencari kesenangan dengan cara yang salah. Oleh karena itu , harus ada sinergi antara masyarakat dengan pemerintah untuk menggalakan pencegahan dan pemberantasan masalah tersebut.

=========================================================


3. Kemiskinan adalah tingkat masyarakat dengan pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan yang rendah masyarakat tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok seperti makan, minum, pakaian, tempat berlindung, dan pendidikan.

Biasanya masyarakat miskin cenderung bertempat tinggal di bantaran kali, bawah jembatan, dan tempat-tempat yang justru bukan tempat layak mendirikan bangunan. Terkadang justru mereka membangun tempat tinggal di atas tanah milik negara.

Banyak faktor terjadinya kemiskinan atau seseorang menjadi miskin. Faktor keterbatasan alat kelengkapan pendidikan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, seperti bangkrut, musibah, perilaku pribadi, perbudakan, dan struktur sosial. Faktor perilaku dan struktur sosial yang lebih banyak mendominasi terjadi kemiskinan secara mengglobal.

Perilaku manusia yang konsumtif, mementingkan gengsi daripada kebutuhan, dan penggunaan keuangan yang tidak sesuai dengan pemasukan yang diterima. Jumlah keluarga juga dapat mempengaruhi jika pemasukan tidak sebanding dengan kebutuhan untuk semua keluarga. Faktor struktur sosial lebih mengarah pada turun temurun kemiskinan itu sendiri. Faktor gengsi adalah faktor yang juga termasuk ke dalam faktor perilaku pribadi. Masyarakat lebih cenderung mementingkan keinginan daripada kebutuhan pokok.

Seharusnya, kemiskinan tidak perlu menjadi fenomena yang besar di Indonesia maupun dunia. Jika, kita secara pribadi mau menerima dan mensyukuri apa yang kita miliki tanpa membandingkan dan ada perasaan isi di dalamnya.

Selain itu, adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sekitar tentang penanggulangan atau memberantas kemiskinan, diharapkan negara kita akan terbebas dari fenomena kemiskinan yang makin lama semakin bertambah.

=========================================================


4. Sampah merupakan salah satu benda yang sudah tidak digunakan atau dimanfaatkan lagi. Keberadaan dari sampah sendiri sangatlah mengganggu, khususnya dari kesehatan masyarakat yang ada di sekitar. Jenis sampah sendiri dibagi menjadi dua, pertama adalah sampah organik dan kedua adalah sampah non-organik.

Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai oleh bakteri dengan sangat mudah. Contoh dari sampah organik di sini adalah sayuran, daun yang sudah kering dan berbagai jenis makanan yang sudah basi. Manfaat dari sampah organik yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah untuk pupuk tanaman atau pupuk kompos untuk tumbuhan.

Sementara sampah non-organik sendiri merupakan sejenis sampah yang sangat sulit untuk diuraikan seperti botol, kaleng, plastik dan lain sebagainya. Di antara langkah yang bisa dilakukan untuk bisa mengurangi keberadaan sampah organik adalah dengan melakukan pengolahan atau daur ulang. Benda-benda tersebut dapat dijadikan sebagai barang yang nilai jualnya cukup tinggi.

Namun, ternyata sampah bisa memunculkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat itu sendiri, seperti banjir, longsor dan juga bisa menjadi sumber dari penyakit. Sampah yang selalu diabaikan dan menumpuk ternyata bisa menyebabkan bau yang amat tidak enak. Sehingga itu akan menyebabkan terjadinya pencemaran udara di sekitar bahkan bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit kronis seperti DBD dan muntaber.

Selain itu, sampah juga bisa menyebabkan beberapa bencana besar seperti longsor dan banjir. Banyaknya sampah yang dilempar atau dibuang ke sungai bisa menghambat aliran sungai dan seiring dengan berjalannya waktu maka air sungai tersebut pun bisa meluap dan mengakibatkan banjir. Dengan demikian, aktivitas atau kegiatan masyarakat juga akan terhambat.

Apabila kamu terbiasa membuang sampah sembarangan, maka bisa menimbulkan dampak yang amat merugikan di kemudian hari. Maka dari itu, sebagai makhluk yang ingin sejahtera, mari menjaga lingkungan sekitar dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Ini adalah hal kecil yang bisa mengurangi bahaya dari penumpukan sampah. Dan untuk jenis sampah organik, kamu bisa mengolahnya menjadi pupuk. Sementara untuk jenis sampah non organik, kamu bisa membuatnya sebagai kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi.

(Sumber: Kemendikbud)

Kamis, 01 September 2022

Teks Eksplanasi


MUSIM KEMARAU

            Musim kemarau identik dengan musim kering dan langka air. Negara Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau merupakan musim antara bulan April – Oktober. Kemarau tahun ini terpantau lebih kering dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya akibat adanya El-Nino. Situasi itu juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, kelangkaan sumber air, serta memperparah polusi udara di sejumlah kota besar. Sejumlah daerah terpantau mengalami kekeringan parah, padahal musim kemarau belum mencapai puncak. Namun sejak bulan Juni, kekeringan sudah melanda sejumlah daerah.

            Penduduk sulit mencari sumber air bersih, sawah kering, serta debit air sungai dan waduk pun surut. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah yang telah mengalami kekeringan, yaitu sejumlah wilayah di Jawa dan Madura bagian selatan. “Masyarakat dihimbau waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan yang bisa berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, berkurangnya ketersediaan air tanah dan kebakaran lahan,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal. Kebakaran hutan dan lahan telah terjadi di sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan. Cuaca yang panas membuat proses pemadaman kian sulit. Di Aceh misalnya, sedikitnya 39,5 hektar lahan terbakar, beberapa diantaranya adalah lahan gambut yang telah ditanami sawit warga. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad mengatakan, angin yang berhembus kencang juga mempercepat pergerakan api. Dari data Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalteng menunjukkan sedikitnya terjadi 64 kejadian kebakaran sejak Januari. Dari 64 kejadian itu terdapat 112,4 hektar hutan dan lahan terbakar. Di Desa Sungai Segajah Jaya, Rokan Hilir, Riau, lahan seluas 60 hektar terbakar. Di Jambi, lebih dari 45 hektar lahan terbakar dan lebih dari 77 persen di kebun masyarakat serta sisanya di hutan.

            Ancaman kebakaran, terutama di Kabupaten Merangin dan Batanghari, meningkat. “Daerah-daerah itu tidak diguyur hujan selama 21-30 hari,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Sultan Thaha Jambi Kurnianingsih. Badan Nasional Penanggulangan Bencana memfokuskan upaya antisipasi kebakaran lahan di enam provinsi dengan kawasan gambut yang luas. Provinsi tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

(Sumber: Kemendikbud)

=========================================================================

Tsunami


        Tsunami adalah istilah yang berasal dari Jepang, terdiri atas dua kata tsu dan name yang berarti ‘pelabuhan’ dan ‘gelombang’. Para ilmuwan mengartikannya sebagai gelombang pasang atau gelombang laut akibat gempa. Tsunami adalah gelombang laut besar yang datang dengan cepat dan tiba-tiba menerjang kawasan pantai.

       Gelombang tersebut terbentuk akibat dari aktivitas gempa atau gunung merapi yang meletus di bawah laut. Besarnya gelombang tsunami menyebabkan banjir dan kerusakan ketika menghantam daratan pantai Pembentukan tsunami terjadi saat dasar laut permukaannya naik turun di sepanjang patahan selama gempa berlangsung. Patahan tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan air laut. Patahan yang besar akan menghasilkan tenaga gelombang yang besar pula. Beberapa saat setelah terjadi gempa, air laut akan surut. Setelah surut, air laut kembali ke arah daratan dalam bentuk gelombang besar. Selain itu, pembentukan tsunami juga disebabkan oleh letusan gunung merapi di dasar lautan. Letusan tersebut menyebabkan tingginya pergerakan air laut atau perairan di sekitarnya.

        Semakin besar tsunami, makin besar pula banjir atau kerusakan yang terjadi saat menghantam pantai. Tsunami memang telah menjadi salah satu bencana yang menyebabkan kerusakan besar bagi manusia. Kerusakan terbesar terjadi saat tsunami tersebut menghantam pemukiman penduduk sehingga menyeret apa saja yang dilaluinya. Oleh sebab itu, kita harus selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini. Namun, kita tidak perlu terlalu khawatir karena tidak semua tsunami membentuk gelombang besar. Selain itu, tidak semua letusan gunung berapi atau gempa yang terjadi diikuti dengan tsunami.

(Sumber: Kemendikbud)

Rabu, 06 Oktober 2021

Bab II Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman

Pengertian Teks Anekdot

Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.

Ciri-ciri teks Anekdot.

Berikut adalah ciri-ciri teks anekdot:

1. Mampu menghibur dan membuat tertawa.

2. Mengandung kritik halus, tetapi tidak menyinggung pembaca atau pendengar, bahkan orang yang diceritakan.

3. Menjadi media untuk menyampaikan pandangan dan aspirasi positif, tetapi dikemas dengan cara humor.

4. Bisa menginspirasi pembaca atau pendengar dalam menyampaikan protes atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu dengan cara yang tidak vulgar.

5. Memiliki sifat humoris, lucu dan lelucon, tetapi menyindir.

6. Menampilkan tokoh yang dekat dengan sehari-hari atau juga orang penting.


Struktur Teks Anekdot


1. Abstrak

Abstrak menggambarkan isi teks secara umum agar pembaca bisa mendapatkan ilustrasi isi cerita.

2. Orientasi

Orientasi adalah awal kejadian sebuah cerita atau bagian yang menjelaskan latar belakang mengapa peristiwa utama itu bisa terjadi.

3. Krisis

Krisis adalah bagian dari cerita yang menjelaskan tentang pokok masalah utama.

4. Reaksi

Reaksi adalah bagian yang melengkapi sebuah cerita, terutama terkait dengan penyelesaian masalah.

5. Koda

Koda adalah bagian penutup dari cerita dari teks anekdot.

Point 4 dan 5 dapat juga disebut sebagai evaluasi

Contoh Teks Anekdot


Jumat, 27 Agustus 2021

Sudahkah Anda Berdoa Hari Ini?

Sudahkan kita berdoa hari ini? 
Sudah, Alhamdulillah jika sudah, yuk silahkan kita ulang lagi apa yang sudah menjadi doa kita, tambahkan apa yang akan menjadi doa kita, silahkan panjatkan kepada-NYA. Allah tidak sibuk, dalam ke adaan apapun kita, semua doa kita Allah mendengarnya. Sebut namaNYA dalam hati, sampaikan apa yang kita inginkan, yakinlah semua tercapai, berceritalah dengan-NYA, kendala apa yang menurut kita sulit. Mengadu kepada-NYA tak perlu menggunakan suara lisan, dalam kesibukan kita, saya yakin hati ini terbang entah kemana, dari pada hal itu terjadi tanpa arti lebih baik kita mengingat Allah, curhat kepadaNYA, sampaikan keinginan kita. Coba lakukan, bisa? Pasti bisa. 

Sudahkah kita berdoa hari ini?
Belum, jika belum yuk berdoa, sampaikan keinginan kita, pasti kita mempunyai keinginan yang belum tercapai, yuk minta pada NYA, jangan lupa untuk berdoa kepada Allah yah, karena Allah saat ini sedang melihat kita, memperhatikan kita, jangan sampai keinginan kita hanya sebatas cerita dalam kepala. Sampaikan yang kita mau kepadaNYA dan yakinlah apa yang kita mau akan Allah kabulkan. 

Minggu, 30 Mei 2021

Resensi

pernahkah kamu tertarik untuk membaca sebuah buku karena membaca sebuah tulisan yang mengulas secara singkat detail dari isi buku tersebut? Ulasan singkat tersebut itulah yang dinamakan resensi. Apa itu pengertian resensi? Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya, berupa buku, karya seni film dan drama. Yuk, kita pelajari unsur-unsur serta struktur dari resensi selengkapnya.

Unsur-unsur Resensi

Agar dapat dikatakan utuh, terdapat beberapa unsur yang harus ada di resensi, berikut ini adalah unsur-unsurnya.

1. Judul

Judul semestinya harus mempunyai kesinambungan dengan isi resensi. Selain itu, judul yang menarik juga akan memberikan nilai lebih tersendiri.

2. Identitas buku

Penyusunan data buku dapat dilakukan dengan sebagai berikut.

  • Judul buku
  • Pengarang
  • Penerbit
  • Tahun terbit beserta cetakannya
  • Dimensi buku
  • Harga buku

3. Isi resensi buku

Bagian ini berisi tentang sinopsis, yaitu ulasan singkat buku dengan kutipan singkat dan keunggulan serta kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan bahasa yang digunakan.

4. Penutup resensi buku

Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.

Tujuan Resensi
1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
2. Memberikan gambaran kepada pembaca secara ringkas.
3. Memberikan masukan kepada penulis.
4. Menguji kualitas buku.
5. Mengetahui latar belakang buku diterbitkan.

Struktur teks resensi

  1. Identitas dalam resensi mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal halaman, dan ukuran buku. Bagian ini mungkin saja tidak dinyatakan secara langsung, seperti yang tampak pada teks ulasan film dan lagu.
  2. Orientasi. Bagian ini biasanya terletak di paragraf pertama, yakni penjelasan tentang kelebihan buku seperti penghargaan yang pernah didapatkan oleh buku yang diresensi.
  3. Sinopsis, berupa ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis terhadap isi novel.
  4. Analisis, berupa paparan tentang keberadaan unsur-unsur cerita, seperti tema, penokohan, dan alur.
  5. Evaluasi, berupa paparan tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya.

Jenis-Jenis Resensi

Resensi dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Resensi informatif

Resensi informatif adalah resensi yang disampaikan dengan singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.

2. Resensi deskriptif

Resensi deskriptif adalah resensi yang membahas secara detail pada setiap bagian atau babnya.

3. Resensi kritis

Resensi kritis merupakan sebuah resensi yang mengulas detail buku menggunakan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi kritis biasanya objektif dan kritis dalam menilai isi buku.



Senin, 24 Mei 2021

PUISI

 

A.Pengertian Puisi

Puisi merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya, seperti irama, mantra, rima, baris, dan bait. Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi, imajinasi, ide, pemikiran, irama, nada, susunan kata, kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan perasaan. Puisi adalah ungkapan yang memperhitungkan aspek-aspek bunyi di dalamnya, serta berupa pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair dari kehidupan individu dan sosialnya. Puisi diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga dapat membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengarnya.


B.Jenis dan Ciri-ciri Puisi

Puisi terdiri atas puisi lama dan puisi modern. Puisi lama umumnya anonim atau tidak diketahui penyairnya. Puisi lama memiliki ciri terikat pada beberapa kiteria, seperti jumlah baris tiap bait, jumlah kata tiap baris, rima atau persamaan bunyi, dan irama. Puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain pantun, syair, talibun, mantera, dan gurindam.

 

1.    Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam kepercayaan animisme untuk dibacakan dalam acara atau ritual kebudayaan. Mantera memiliki ciri yaitu menggunakan pemilihan kata dengan bunyi yang diusahakan berulang, menggunakan kata-kata yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari, dan menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis.

2.    Pantun memiliki ciri bersajak a b a b, dengan tiap baris terdiri atas empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi.

3.    Talibun terdiri atas sampiran dan isi yang lebih dari empat, serta selalu genap, seperti enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.

4.    Syair merupakan puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang mengisahkan suatu hal.

5.    Gurindam terdiri atas dua baris, berirama sama a a. Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat.

 

 

Puisi modern adalah bentuk puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, rima atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama. Puisi modern atau puisi bebas muncul pada angkatan 45, yang dipelopri oleh Chairil Anwar. Puisi modern tidak mengutamakan bentuk atau banyak baris dalam satu bait dan irama atau persajakan, tetapi lebih mengutamakan pada isi puisi itu sendiri. Puisi modern memiliki ciri sebagai berikut.

§  Mempunyai unsur humanisme universal atau sudah terbuka untuk menerima pengaruh dari segala penjuru dunia.

§  Realis dan terimbas unsur naturalis

§  Menyampaikan maksud dengan penghematan kata serta menghadirkan perbandingan-perbandingan membayang dan berkesan.

§  Menggunakan perbandingan visual secara jelas sampai pada bagian-bagian di balik kenyataan.

§  Menunjukan sinisme dan sarkasme terhadap kepincangan dalam masyarakat akibat pergolakan.

§  Menggunakan kata dalam percakapan sehari-hari

§  Tidak mengutamakan tipografi bahkan tidak lagi memperhatikan bunyi (rima) dalam baris dan baitnya.

§  Unsur utama yang harus selalu diperhatikan dalam pembacaan puisi modern adalah lafal, intonasi, dan ekspresi.

 

 

C. Struktur Puisi

Struktur karya sastra puisi mencakup struktur fisik dan struktur batin.

 c1. Struktur Fisik

Struktur fisik puisi adalah media untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. Struktur fisik meliputi hal-hal berikut.

§   Diksi, adalah pilihan kata yang digunakan agar memiliki kesan indah dan dapat menyampaikan maksud penyair.

§  Pencitraan, adalah susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Hal ini membuat pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.

§  Majas, adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau hal lain. Majas atau bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik atau memiliki banyak makna.

§  Rima, adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Persamaan bunyi memberikan kesan merdu, indah, dan mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair. Rima tersebut dapat berupa pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan (aliterasi), persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonansi), dan persamaan bunyi yang terdapat di setiap akhir baris.

§  Ritma, berkaitan dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam ritma mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalir secara teratur dan berulang sehingga membentuk keindahan.

§  Tipografi puisi berbentuk bait-bait yang bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.

 

 

c2. Struktur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yaitu tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat.

§  Tema

Sebuah puisi tentunya memiliki tema yang melingkupi keseluruhan puisi. Menurut Herman J. Waluyo (1987: 106) tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh sebab itu, untuk menafsirkan tema dalam sebuah puisi haruslah ditafsirkan secara utuh.

§  Perasaan

Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan dihayati pembaca. Hal ini karena tema yang sama dapat dituturkan penyair secara berbeda dan hasil puisi yang diciptakan pun berbeda.

§  Nada dan suasana

Nada dalam puisi disesuaikan dengan isi yang hendak disampaikan, baik itu berupa nasihat, kritik, sindiran, ungkapan perasaan, atau hanya berupa cerita. Sering kali puisi bernada santai seperti dalam puisi-puisi mbeling. Kemudian, suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau psikologis yang ditimbulkan terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Misalnya, nada duka dapat menimbulkan suasana iba bagi pembaca.

§  Amanat (pesan)

Kita dapat menelaah amanat dalam suatu puisi jika telah memahami tema, rasa, dan nada pada puisi tersebut. Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan berada di balik tema yang digunakan.

 

Minggu, 09 Agustus 2020

Struktur Kebahasaan Teks Prosedur


1. Mengungkapkan kembali Struktur Kebahasaan Teks Prosedur.


a. Tujuan 

Bagian tujuan teks prosedur bisa berupa judul atau hasil akhir yang akan dicapai jika melakukan tahapan pada teks prosedur tersebut.

b. Langkah-langkah (Petunjuk)

Bagian langkah-langkah berisikan petunjuk yang disarankan kepada pembaca/pendengar terkait dengan topik yang disampaikan.

c. penegasan ulang (penutup)

Bagian penutup berisi harapan atau manfaat apabila petunjuk itu dijalankan dengan baik.

 

 

2. Mengungkapkan Unsur Kebahasaan Teks Prosedur

 

a.     a. Kata perintah (Imperatif)

Kata perintah (imperatif) merupakan kata yang berisi perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu

b.     b. Kata Teknis

Adalah kata-kata yang memiliki makna khusus pada suatu bidang keahlian Contoh kata kerja teknis adalah MENGKONVERSIKAN, MENGOPERASI, MEREVITALISASI, MEREHABILITASI dan lain sebagainya.

c.      c. Konjungsi

Konjungsi adalah kata hubung, namun kata hubung atau konjungsi yang sering digunakan pada teks prosedur adalah konjungsi waktu atau kata hubung yang berkaitan waktu seperti;  kemudian, setelah itu, lalu, dan selanjutnya.

d.    d.  Penyataan persuasif

Adalah sebuah kalimat yang berisi imbauan atau ajakan secara halus, agar sipembaca mau dan bersedia mengikuti kemauan yang disampaikan oleh penulis. Seperti : “..... supaya rasanya lebih mantap maka kita juga dapat menambahkan gula merah dalam sajian kopi ini....”

 

 


Minggu, 02 Agustus 2020

Teks Prosedur (Langkah-langkah menyalakan komputer)

Dijaman yang serba maju ini, komputer sudah menjadi salah satu barang yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu untuk keperluan kerja, sekolah, ataupun hiburan. Dalam pengoprasian komputer kita memerlukan prosedur dalam penggunaannya. Mulai dari menghidupkan komputer sampai dengan mematikan komputer itu sendiri. Bagi kalian yang ingin tahu tata cara untuk menghidupkan komputer kalian bisa mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Pastikan kabel-kabel yang terhubung sudah terpasang dengan tepat dan benar.
  2. Hidupkan stabilizer voltage jika anda memilikinya.
  3. Tekan tombol power yang terdapat pada monitor untuk menghidupkan monitor.
  4. Tekan juga tombol power pada CPU untuk menghidupkan CPU.
  5. Tunggu hingga proses booting OS selesai.
  6. Setelah muncul layar desktop artinya komputer telah siap pakai.

Berdasarkan paparan contoh di atas, silahkan jawab pertanyaan di bawah ini.

1. Mengapa paragraf paling atas dinamakan pernyataan umum/ penjelasan umum?
2. Apakah tahapan-tahapan pada bagian selanjutnya sudah jelas?
3. Apakah perbedaan yang paling kamu ketahui dari teks prosedur dan teks lainya?
4. Dari isi teks prosedur tersebut menjeelaskan tentang apa?
5. Jelaskan karakteristik/ ciri-ciri atau bentuk penulisan teks prosedur menurut pemahaman kamu?

Minggu, 17 November 2019

Macam-macam model pembelajaran

MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN

Macam-Macam Model Pembelajaran Kurikulum 2013
Berikut  ini akan dibahas beberapa model pembelajaran matematika dari sekian model yang telah banyak dikembangkan, antara lain: Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Problem Based Learning.
1.     Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
  1. mengamati;
  2. menanya;
  3. mengumpulkan informasi;
  4. mengasosiasi; dan
  5. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok  tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya.
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR
KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN
MengamatiMembaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
MenanyaMengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan informasi/ eksperimen

–                melakukan eksperimen
–                membaca sumber lain selain buku teks
–                mengamati objek/ kejadian/
–                aktivitas
–                wawancara dengan nara sumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/
mengolah informasi

–                mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
–                Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari  yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,  taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .
Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnyaMengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
REPORT THIS AD

Ciri-ciri model pembelajaran langsung antara lain:
  1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar
  2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
  3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran
Sintaks kegiatan pembelajaran langsung
Fase
Indikator
Peran Guru
1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaMenjelaskan tujuan , materi prasyarat, memotivasi dan mempersiapkan siswa
2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilanMendemonstrasikan ketrampilan atau menyajika informasi tahap demi tahap
3
Membimbing pelatihanMemberikan latihan terbimbing
4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balikMengecek kamampuan siswa dan memberi kan umpan balik
5
Memberikan latihan dan penerapan konsepMempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari
2.     Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain:
  1. Untuk menuntaskan materi belajar, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif
  2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan heterogen
  3. Jika dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar tiap kelompok berbaur
  4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan
Tujuan :
  1. Hasil Belajar Akademik
Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
  1. Penerimaan terhadap keragaman
Siswa dapat menerima teman-temannya yang beraneka latar belakang..
REPORT THIS AD

c.  Pengembangan ketrampilan sosial
Sintaks  kegiatan pembelajaran kooperatif
Fase
Indikator
Kegiatan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaMenyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar
2
Menyajikan informasiMenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau  lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam ke-lompok-kelompok belajarMenjelaskan kepada siswa bagaimana cara-nya membentuk kelompok dan membantru kelompok agar melakukan transisi scr efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajarMembimbing kelompok-kelompok belajat pa da saat mereka mengerjakan tugas
5
EvaluasiMengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing ke-lompok mempresentasekan hasil kerjanya
6
Memberikan penghargaanMecari cara untuk mengharga upaya atau ha sil belajar individu maupun kelompok
3.     Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pembelajar untuk membuat kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.
REPORT THIS AD

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Elaine B. Johnson, 2007:14).
Dalam Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning), ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu: (1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
REPORT THIS AD

Kedua, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)  tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontekstual:
  1. Dalam Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
  2. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).  Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
  3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
  4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
  5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
REPORT THIS AD

Di sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah praktis menggunakan strategi pebelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning.
  1. Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
  2. Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.
  3. Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.
  4. Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
  5. Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.
  6. Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.
  7. Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap pembelajaran sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah).
  1. 4.     Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk  mengorganisasi sendiri  cara belajarnya dalam menemukan konsep. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
REPORT THIS AD

Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
REPORT THIS AD

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing (discovery learning) adalah sebagai berikut:
  1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusaannya harus jelas dan hilangkan pernyataan yang multi tafsir
  2. Berdasarkan data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganlisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja bimbingan lebih mengarah kepada langkah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan.
  3. Siswa menyusun prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya
  4. Bila dipandang perlu, prakiraan yang telah dibuat siswa tersebut hendaknya diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
  5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran prakiraan tersebut, maka verbalisasi prakiraan sebaiknya disrahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran prakiraan.
  6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
REPORT THIS AD

5.     Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa :
” Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
” Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri ”.
Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :
” Model pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),  Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.
Berbagai pengembang  menyatakan bahwa ciri utama  model pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :
  1.  Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
  1.  Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
  1.  Penyelidikan autentik.
REPORT THIS AD

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
  1.  Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer
  1.  Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat  menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase
Indikator
Aktifitas / Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajarGuru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokGuru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaGuru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalahGuru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
REPORT THIS AD

6.     Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
  2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
  3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
  4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
  5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
  6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
  7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
  8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
REPORT THIS AD

Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
  1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
  2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.
  3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
  4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.

Latihan Analisis Teks Negosisasi Kelas X

Santo: “Halo, Pak” Penjual: “Halo, ada yang bisa saya bantu?” Salman: “Pak, berapa harga sepeda motornya?” Penjual: “Harganya Rp...