Senin, 18 Juni 2012

Jangan Berdusta, Jangan Takut !

Jangan takut dan jangan berdusta!. Demikian Syekh Abdul Qadir Jailani membuka pengajiannya pada hari jum'at bulan Jumadil Akhir tahun 545 H di majelis ilmu; atau dikenal sebagai madrasah, dihadapan para santri santrinya.

Syeh melanjutkan: Hendaknya engkau menjadi orang yang berakal dan jangan berdusta. Engkau berkata dirimu takut kepada Allah, tetapi mengapa engkau juga takut kepada selain Dia.

Janganlah takut kepada siapapun kecuali kepada-Nya. Jangan takut kepada manusia, kepada malaikat, kepada jin maupun setan. Jangan takut kepada hewan, meskipun ia buas. Jangan takut kepada penderitaan dunia, meskipun terasa menyakitkan. Jangan pula takut kepada neraka. Namun satu yang harus engkau ingat-ingat, takutlah kepada Allah swt.

Jangan engkau takut dicela atau diremehkan orang lain di sisi Allah. Jadilah manusia yang 'bisu' berbicara. Berbicaralah hanya dengan Allah. Engkau jangan mengeluh kepada sesama manusia, namun mengeluh saja kepada-Nya.

Orang yang arif dan berakal memandang semua orang di dunia ini lemah, sakit dan fakir (buktuh kepada Allah).

beginilah seharusnya ulama, berakal, arif dan tidak takut dicela oleh manusia. inilah ulama yang bermanfaat ilmunya; ulama yang menguasai syariat dan hakikat Islam. Mereka adalah barisan orang-orang yang bisa menyelamatkan Agama.

Wahai orang yang rusak Agamanya! Berkunjunglah kepada para ulama yang demikian itu. Sesungguhnya jika engkau sakit, maka datanglah ketabib-tabib agama. Ketahuilah, Allah yang menurunkan sakit dan Dia yang memberikan obatnya. Mereka, para ulama atau tabib Agama itulah yang lebih tau dan paham tentang obat dan penyakimu. Ia lebih mengerti tengtangn kemaslakhatan.

Jangan mengeluh dan mengacam Allah. Seharusnya kecamlah dirimu sendiri. Marahilah dirimu sendiri dirimulah yang pantas untuk dimarahi.

Engkau memiliki nafsu. Nafsumulah yang harus dimarahi katakan kepadanya, bahwa anugrah diperuntukan bagi yang mena'ati, dan cambuk/pukulan nafsu yang durhaka dengan Dzikrullah. Jika Allah menghendaki kebaikan seseorang, maka Dia merampas Ikhtiar duniawinya. Jika ia memang bersabar menghadapi penderitaan, Allah mengangkat derajatnya, menjadikan kemuliaa, memberi anugrah dan membuatnya kaya.

Abu Yazid al-Busthami mendatangi seseorang. Karena ia menengok kekanan dan kekiri, membuat Abu Yazid menegurnya, "Mengapa engkau begitu. Apa yang sedang engkau cari?" Jawab orang itu, "Aku mencari tempat yang bersih untuk menunaikan shalat." Abu Yazid langsung berkata, "Bersihkan dahulu hatimu baru mencari tempat bersih dan shalat sekehendakmu!"

Sikap orang tersebut merupakan riya. 'Karena orang tersebut tahu kalau ada orang di dekatnya, lalu berlagak mencari tempat bersih untuk shalat. Sedangkan Abu Yazid adalah ulama yang ikhlas dalam beribadah dan berbuat apa saja. Ketahuilah, sesungguhnya riya' itu hanya diketahui oleh orang-orang ikhlas.

Orang-orang seperti Abu Yazid pernah mengalami godaan riya', tetapi ia berhasil melewatinya dengan jalan riydhah (latihan melemahkan nafsunya) sehingga ia menjadi ulama hebat. Riya' merupakan rintangan di tengah jalan yang ditempuh oleh orang-orang sufi. Mau tidak mau harus dilewati keyahuilah bahwa riya'. ujub, kemunafikan merupakan anak panah syetan yang dibidikan kedalam hati.

Syeh Abdul Qadir berkata: wahai murid-muridku  datangilah para ulama yang ilkhlas, berkunjunglah kepada paea syekh dan belajarlah dari mereka. Belajar bagaimana melangkah kepada Tuhan al-Haq. Tanyakan kepada mereka, sebab mereka pernah menempuh jalan itu dan banyak rintangan yang dilalui.

Bertanyalah segala sesuatu yang berkaitan dengan nafsu serta tabiat, sebab mereka pernah merasakan pahit getirnya godaan nafsu. Mereka mengetahi akibat yang ditimbulkan oleh hawa nafsu. Mereka pernah merasakan beberapa waktu. Namun satu demi satu semua bisa dibabat habis sehingga nafsu tidak dapat menguasai diri mereka.

Jangan terbujuk rayuan syetan dalam dirimu. Jangan sampai engkau kalah terhadap hawa panah-panah nafsu. Sesungguhnya hawa panah nafsu itu merlemparimu dengan anak panah syetan.

Apabila engkau telah menemukan Tuhan dan engkau melihat apa yang ada disisi-Nya serta engkau mendapat anugrah dari-Nya, maka kembalilah kepada keluargamu. Ajaklah mereka untuk bersam-sama meuju Allah. katakan kepada mereka, "Bawalah semua keluargamu kepadaku". Sebagai mana Yusuf alaihi salam ketika mendapat anugrah menjadi raja di Mesir, maka dia mengajak ayah dan saudara-saudaranya.

"Pergilah kamu, dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalh keluargamu semua kepadaku "(QS. Yusuf 93)


Orang yang tertolak adalah orang yang menolak Tuhanya. Ia menjadi tauh dari Tuhanya. Ia menjadi jauh dengan Tuhanya dan hilang kedekatanNya di dunia maupun di Akhirat.

Begitulah keada'anya. Jika engkau melalaikan Tuhan, maka Tuhan akan melewatkanmu. Jika engkau berpaling dariNya, jangan pula menjauhi orang-orang mukmin dan jangan menyakiti mereka. Jangan pula menyakiti mereka, jangan pula menentang mereka, baik lahir maupun batin. Rasullah bersabda, " Menyakiti orang mukmin lima belas kali, lebih besar dosanya di sisi Allah dari pada merobohkan ka'bah dan al-Bayt al-Ma'mur.

Dengarkanlah wahai orang-orang yang suka menyakiti kaum fuqoro'Allah, padahal mereka adalah mereka adalah orang-orang yang beriman kepadaNya. Celakalah engkau ! Tak lama lagi usia kan berakhir. Wajahmu akan pucat dan digotong dikeluarkan dari rumahmu. Kekayaan dan anak istri yang kau bangga-banggakan menjadi ludes tebakar tanpa bisamemberimu manfa'at. kekaya'an yang engkau kumpulkan dengan susah payah sama sekali tiada dapat menolongmu.

"Demikianlah Pesan Syeh Abdul Qadir kepada kita"
-dalam buku MAHKOTA SUFI-
penerbit Mitra Press.

Tarian Pena (Virginia C.C. Pomantow)

Sumber gambar cerpen : Buku Bahasa Indonesia